Kemenpar Optimis BBTF Bisa Sukses seperti MATTA Fair
05.12 |

Jakarta - Kementerian Pariwisata (Kemenpar) semakin termotivasi untuk membesarkan Bali and Beyond Travel Fair (BBTF). Hal itu alasannya tingginya popularitas dan transaksi MATTA Fair. Dari MATTA Fair akan dipelajari konten yang cantik dan unik, lalu akan dimodifikasi sesuai kearifan lokal budaya Bali.
"MATTA Fair membuat saya makin termotivasi untuk membesarkan BBTF. Saya ingin ke depannya BBTF bisa menyaingi MATTA Fair," terang Deputi Pengembangan Pemasaran Pariwisata Mancanegara Kemenpar, I Gde Pitana, di sela pembukaan MATTA Fair 2017, Jumat (8/9).
Motivasi Pitana itu sangat masuk akal. Dari tahun ke tahun, MATTA Fair tak pernah sepi. Tahun lalu saja, tiket seharga RM 4 ludes dibeli sekitar 40 ribu pengunjung setiap harinya.
Seolah, wisatawan siap merencanakan wisata dan siap membelanjakan budgetnya hingga liburan pertengahan dan selesai tahun. Dari etnis Melayu, Cina, Tamil, semua datang ke event MATTA Fair yang digelar pada 8-10 September 2017 di Putra World Trade Centre (PWTC), Kuala Lumpur, Malaysia.
Luas PWTC yang lebih dari 240 ribu meter persegi itu pun jadi terasa sesak. Areanya terasa sempit. Lahan yang luas tadi tak lagi bisa menampung lonjakan pengunjung.Transaksi yang dihasilkan pun sangat tinggi. Pada 2016, Kemenpar mencatat total transaksi senilai Rp 42 miliar.
"Kalau kesuksesan MATTA Fair ini kita bawa ke BBTF, kita modifikasi dengan budaya Bali, ini akan jadi market place yang sangat besar. Akan ada lebih banyak sellers dan buyers dari luar negeri yang transaksi di Indonesia," ungkap pria berkacamata itu.
Analoginya sangat simpel. Sangat mungkin bisa dicapai. Ibarat membuka toko di mal, akan banyak sellers yang berkumpul dalam satu kawasan. Kemungkinan kesuksesannya akan besar alasannya banyak orang berjualan dalam satu kawasan.
"Rivalnya memang banyak, persaingannya ketat, dan banyak transaksi outbond-nya. Tetapi opportunity untuk menerima revenue dari transaksi lebih besar," paparnya.
Mimpi besar tadi ikut direspons Menteri Pariwisata Arief Yahya. Segala hal yang cantik dari MATTA Fair, menurutnya bisa dibawa ke BBTF.
"Kalau mau sukses menyerupai MATTA Fair cara gampangnya ya benchmark. Apa-apa yang sudah dilakukan MATTA Fair silakan amati, tiru, dan modifikasi sesuai huruf Indonesia," ujar Arief.
Pesannya hanya satu. Semua jangan khawatir dengan outbound. "Kalau tidak lewat kita, mereka akan jualan melalui market place mana saja. Bisa melalui ITB Berlin, WTM London, Fitur Spanyol, MATTA Malaysia, NATTAS Singapore, dan lainnya. Karena itu, sebaiknya transaksi dilakukan di Bali. Jadikan Bali sebagai tourism hub, menjadi market place, minimal transaksinya di Indonesia," jelasnya.
Kemungkinan suksesnya juga besar. Kalau tahun ini BBTF dihadiri 174 sellers dari 19 provinsi, dan 198 buyer dari dalam dan luar negeri, ke depannya bisa lebih banyak lagi. Transaksi yang didapat juga bisa lebih cantik dari capaian 2017.
"Orang pasti akan lebih memilih datang ke mall alasannya banyak pilihan di sana. Begitu juga dengan market place di pariwisata. Orang pasti akan melaksanakan transaksi kalau disediakan arenanya, di manapun tempatnya," ujar tutup Arief.
Analoginya sangat simpel. Sangat mungkin bisa dicapai. Ibarat membuka toko di mal, akan banyak sellers yang berkumpul dalam satu kawasan. Kemungkinan kesuksesannya akan besar alasannya banyak orang berjualan dalam satu kawasan.
"Rivalnya memang banyak, persaingannya ketat, dan banyak transaksi outbond-nya. Tetapi opportunity untuk menerima revenue dari transaksi lebih besar," paparnya.
Mimpi besar tadi ikut direspons Menteri Pariwisata Arief Yahya. Segala hal yang cantik dari MATTA Fair, menurutnya bisa dibawa ke BBTF.
"Kalau mau sukses menyerupai MATTA Fair cara gampangnya ya benchmark. Apa-apa yang sudah dilakukan MATTA Fair silakan amati, tiru, dan modifikasi sesuai huruf Indonesia," ujar Arief.
Pesannya hanya satu. Semua jangan khawatir dengan outbound. "Kalau tidak lewat kita, mereka akan jualan melalui market place mana saja. Bisa melalui ITB Berlin, WTM London, Fitur Spanyol, MATTA Malaysia, NATTAS Singapore, dan lainnya. Karena itu, sebaiknya transaksi dilakukan di Bali. Jadikan Bali sebagai tourism hub, menjadi market place, minimal transaksinya di Indonesia," jelasnya.
Kemungkinan suksesnya juga besar. Kalau tahun ini BBTF dihadiri 174 sellers dari 19 provinsi, dan 198 buyer dari dalam dan luar negeri, ke depannya bisa lebih banyak lagi. Transaksi yang didapat juga bisa lebih cantik dari capaian 2017.
"Orang pasti akan lebih memilih datang ke mall alasannya banyak pilihan di sana. Begitu juga dengan market place di pariwisata. Orang pasti akan melaksanakan transaksi kalau disediakan arenanya, di manapun tempatnya," ujar tutup Arief.
0 komentar:
Posting Komentar