Ubud Jazz Village Festival Tampilkan Musisi Beken Dunia

shares


Jakarta - Musik Jazz tidak hanya untuk dinikmati kalangan tertentu saja. Hal itu terlihat dari Ubud Jazz Village Festival (UJVF) 2017. Musik jazz mampu dinikmati semua kalangan, tua-muda, laki-laki-perempuan, anak sekolahan-kalangan sampai kalangan profesional. UJVF 2017 memang menampilkan musik jazz dengan cara yang berbeda. Sekitar 80% penontonnya merupakan wisatawan mancanegara (wisman).

Tidak hanya menampilkan musisi besar dan band internasional serta nasional, tetapi juga menunjukkan pengalaman yang mengesankan kepada para penonton. Desain lay out UJVF 2017 yang canggih dipadupadankan dengan kemasan membumi. Dari mulai alang-alang sampai bambu, semua dirancang sedemikian rupa oleh tim arsitektur Archimetriz Design untuk memastikan bahwa penonton masih mampu mencicipi kearifan lokal.

Alhasil, semenjak pembukaan pada Jumat (11/8/2017) sampai Sabtu (12/8/2017), Arma ARMA Museum dan Resort Ubud Bali yang menjadi lokasi UJVF, tidak pernah sepi. Penonton yang didominasi bule banyak sekali negara itu ditemani nuansa pedesaan, balutan persawahan khas Ubud dan bunyi kodok di pinggir sawah. Tikar anyaman juga ikut menyambut pengunjung yang ingin duduk lesehan menikmati musik jazz.

Semua terlihat senang dan semua menikmati. Tiga panggung yang disediakan untuk masing-masing musikus jazz, ialah Padi, Giri, dan Subak ikutan heboh. Semua ikut diserbu sekitar 5.000 penonton.

"Mereka ke Bali khusus untuk nonton Ubud Jazz Village Festival. Ini luar biasa. Sejak Selasa, mereka sudah membooking hotel dan resort di sekitar ARMA. Penginapan eksklusif full dimana-mana sebab penonton yang beli tiket jumlahnya mencapai 5000 orang," terang Committee UJVF Astrid Sulaiman, dalam keterangan tertulisnya, Minggu (13/8/2017).

Aturan nonton jazz yang harus diam, tenang, dan tidak berisik tak lantas menimbulkan ARMA Museum dan Resort Ubud senyap. Ubud justru semakin bergairah.

Musisi muda berbakat yang meraih empat kali nominasi penghargaan bergengsi, GRAMMY Award Gerald Clayton Trio yang tampil dengan Joe Sanders (bass) dan Gregory Hutchinson (drum), membuat ribuan penonton terkesima. Ditambah lagi agresi panggung keren dari Steve Barry Quartet, pemenang Bell Award 2013 untuk Young Artist Jazz Australia of the Year dan runner-up di National Awards Jazz 2013.
Sihir UJVF makin kinclong manakala Insititut Francaise Indonesia yang membawa serta Samy Thiebault Trio, sebuah grup jazz dari Prancis yang akan mengusung konsep jazz modern, naik ke atas panggung.

Tidak ketinggalan pula Glen Buschmann Jazz Academy Big Band, yang merupakan gabungan dari 22 musisi asal Jerman akan tampil membawakan komposisi dan aransemen gres lagu-lagu Jazz standar dan beberapa lagu popular, menyerupai 'Come with me' dari Tania Maria. "Mereka kategori wisman high end. Spent money mereka rata-rata Rp 2 juta - Rp 3 juta per hari. Dan mereka pasti lama di Indonesia. Umumnya 7-10 hari sebab setelah nonton jazz mereka biasanya leisure di kawasan lain," tambah Astrid.

Astrid tidak berlebihan. Tiket yang dijual saja angkanya menembus Rp 440 ribu hanya untuk menonton jazz dalam satu hari. Semua pun sold out. Itu belum termasuk sewa mobil, hotel, dan makan minum selama di Ubud. Karenanya, UJVF tak cuma pesta buat para musisi jazz dunia. Ajang itu juga menjadi pesta bagi penduduk Bali. Tua, muda, anak-anak, laki-laki, perempuan memenuhi tribun penonton. Semua rela menghabiskan koceknya di Bali, destinasi terbaik dunia 2017 versi TripAdvisor.

"Saya mendapat laporan seluruh penginapan di Ubud okupansinya 100%. Salah satu pemicunya ya Ubud Jazz Village Festival ini. Terima kasih Kementerian Pariwisata (Kemenpar) melalui Pesona Indonesia, keluarga Kerajaan Ubud dan masyarakat lokal Ubud yang sudah mendukung even internasional ini," timpal Ketua PHRI Bali Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati.

Deputi Pengembangan Pemasaran Pariwisata Nusantara Esthy Reko Astuti eksklusif sumringah. Menurutnya, ada dampak eksklusif yang sangat nyata dari event yang sukses menarik wisatawan baik nusantara maupun mancanegara di Ubud, Bali. Itu belum termasuk dampak tidak eksklusif nilai gosip dari media yang memberitakan musisi-musisi jazz dunia tampil di Ubud.

"Dampaknya pasti sangat besar. Ekonomi Ubud akan berdetak lebih kencang lagi. Belum lagi media value-nya yang juga besar. Karena saat bintang jazz itu tampil selalu dipantau oleh followers dan subscribers-nya," ungkap Esthy.

Menteri Pariwisata Arief Yahya pun ikut buka suara. Baginya Ubud dan sekitarnya memang istimewa. Juni silam, Presiden ke-44 Amerika Serikat Barack Obama, juga pernah menghabiskan lima hari hanya untuk berlibur di Ubud, Bali."Mumpung masih di Ubud, silakan napak tilas liburan Barack Obama. Silakan kunjungi Museum Agung Rai Art Museum (Arma), Desa Pengosekan, area persawahan terasering Jatiluwih atau rafting di Sungai Ayung menyerupai Barack Obama," ajak Menpar.

0 komentar:

Posting Komentar