Konon Ada Wanita Menjadi Batu di Kalimantan

shares

Foto: Gua Thang Raya di Sanggau, Kalimantan Barat (Kurnia/detikTravel)

Sanggau - Gua Thang Raya di Sanggau tak hanya menampilkan sisi eksotis. Namun juga penuh misteri.

Liburan ke Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat, sempatkan mampir ke Gua Thang Raya. Gua tersebut berada di Dusun Pemodis, Kecamatan Beduai.

detikTravel bersama tim Tapal Batas detikcom berkunjung ke sana beberapa waktu lalu. Gua Thang Raya merupakan warisan sejarah yang dikembangkan menjadi objek wisata alam dan religi. Namun kanal untuk mencapainya belum mulus.

Sampai di Dusun Pemodis memang masih mampu dengan kendaraan roda empat sekitar 2 jam dari sentra kota Sanggau. Selanjutnya untuk mencapai gua hanya mampu dilalui dengan jalan kaki atau naik kendaraan roda dua. Dari rumah-rumah penduduk Pemodis, perjalanan harus ditempuh sekitar 3 km lagi.

Melewati jembatan gantung (Kurnia/detikTravel)Melewati jembatan gantung (Kurnia/detikTravel)
Kami kemudian memutuskan sewa ojek warga setempat, untuk mengantar hingga ke Gua Thang Raya. Dari dusun kami melewati jembatan gantung di atas sungai, kemudian melewati jalan setapak semen hingga tanah dengan hutan di kanan kirinya.

Medannya bagaikan offroad, apalagi bila selepas hujan di mana jalanan becek. Perjalanan hingga ke gua ditempuh sekitar 12 menit. Sesampainya di sana terlihat jembatan kecil dengan mata air di bawahnya, di depannya gua pun terlihat.

Hanya mampu dicapai naik kendaraan roda dua atau jalan kaki (Kurnia/detikTravel)Hanya mampu dicapai naik kendaraan roda dua atau jalan kaki (Kurnia/detikTravel)
Di sisi depan gua ini tampak patung Yesus, patung Bunda Maria serta satu patung lagi yang berukuran besar dengan motif dayak. Suasana sekitar masih benar-benar alami dan udara kala itu terasa sejuk.

(Kurnia/detikTravel)(Kurnia/detikTravel)
Tak lama setelah kami tiba, ada seorang warga yang menunjukkan menjadi pemandu kami, namanya Yupinus Gius. Ia mengatakan bahwa gres semenjak beberapa tahun lalu Gua Thang Raya dikembangkan menjadi lokasi wisata alam dan wisata religi. Gua ini secara rutin dikunjungi umat Kristen di Beduai untuk beribadah.

"Baru sekitar tiga tahun. Orang ke sini waktu ada misa se-Kecamatan Beduai, gabung sembahyang sini," kata Yupius.
Ia kemudian mengajak kami masuk menjelajahi gua. Hari itu sedang tidak ada misa dan hanya rombongan kami yang sedang berada di sana. Kami pun berjalan perlahan mengikuti langkah Yupius.

Bagian dalam gua kerikil ini rupanya cukup luas. Di dinding-dindingnya berbatu, dengan beberapa sisi atapnya berbatu besar sehingga jalanan yang dilewati ke dalam cukup sempit. Akar-akan pohon juga ada yang menggantung di langit-langit, di sela-sela batu.

Tak lama setelah masuk, Yupius mulai bercerita. Yang pertama soal dahulu gua ini dihuni oleh penduduk asli setempat. Bebatuan yang di sana pun ada yang dulunya digunakan sebagai meja makan dan kebutuhan lainnya. Kemudian ada bencana hujan batu, topan melanda. Namun belum ada informasi pasti kapan bencana berlangsung.

Konon dahulu ada wanita yang jadi kerikil di dalam gua (Kurnia/detikTravel)Konon dahulu ada wanita yang jadi kerikil di dalam gua (Kurnia/detikTravel)
Kemudian Yupius menunjuk sebuah baju yang terletak di salah satu sudut gua. Batu ini cukup besar dengan permukaan yang tidak rata. Konon kerikil tersebut dulunya ialah seorang wanita hamil. Sebelum sepenuhnya menjadi batu, ia ditemukan dikala hanya setengah bab tubuh saja yang telah membatu, setengahnya masih normal.

"Waktu itu masih segini tubuh tangan sudah batu. Maniknya (kalung) masih ada," ujar Yupius.

Setiap hari penduduk di perkampungan yang tak jauh dari gua datang membawakan makanan. Hingga balasannya wanita setengah kerikil itu mengatakan bila mungkin penduduk sudah jemu memberi makan setiap hari, mampu memutuskan kalungnya semoga ia sepenuhnya menjadi batu.

"Lama kelamaan bilang dengan orang kampung, bila memang sudah jemu ngasih makan, ngasi apa-apa dengan saya, putuskan manik saja eksklusif jadi batu. Dah itu orang kampung pun nggak pernah ngasi makan ke sini," jelasnya.

Selain wanita yang telah menjadi kerikil itu, konon ada pula kucing peliharaan penduduk di gua yang menjadi batu. Percaya tak percaya, kisah inilah yang beredar di penduduk setempat.

(Kurnia/detikTravel)(Kurnia/detikTravel)
Traveler yang mau berkunjung ke Gua Thang Raya sebaiknya jangan datang selepas sore, datanglah dikala mentari masih bersinar cerah. Penerangan menuju gua ini masih minim. Di dalam gua sendiri terlihat ada lampu-lampu, namun dikala itu tampaknya korslet sehingga tidak menyala.

Untuk kendaraan hingga ke gua dari sekitar rumah penduduk Dusun Pemodis, mampu menyewa motor warga atau minta diantarkan langsung. Usai wisata ke gua traveler mampu bercengkerama dulu dengan penduduk Pemodis. Mereka begitu ramah lho.

Simak terus kisah jelajah Kabupaten Sanggau termasuk daerah Entikong di Tapal Batas detikcom!

Sebelum wisata ke Gua Thang Raya, yuk tonton dulu video berikut:

0 komentar:

Posting Komentar