Yogyakarta Perkuat Jati Diri Sebagai Kota MICE

shares

MICE di salah satu hotel di Yogyakarta (Foto: Kemenpar)

Jakarta - Hadirnya hotel-hotel gres semakin memperkuat jati diri Yogyakarta sebagai kota Meeting, Invention, Conference and Exhibition (MICE). Hotel-hotel ini menyebar di segala penjuru Yogya. Salah satunya di tempat Utara, terutama di sekitar Ring road Utara.

Salah satu hotel itu yakni Grand Keisha Hotel, sayap usaha Metropolitan Golden Management. Tepatnya milik pengusaha asal Pekalongan Andy Arslan Djunaid.

Sebagai upaya untuk memperkuat posisi dan memperkenalkan diri sebagai hotel MICE, Grand Keisha Hotel menggelar Edutainment Talkshow 'Jagongan Ottoman' dengan tema Bisnis Pariwisata dan MICE. Dalam program ini Andy akan menjadi narasumber bersama Kelik Pelipur Lara (Ucup Kelik dalam Republik BBM), Benny Telo (praktisi pariwisata Yogya), dan Endah Saraswati (The Queen of Campursari).

Jagongan Ottoman akan digelar di Ottoman Sky Lounge pada Sabtu (29/7/2017). Acara ini sekaligus sebagai program peluncuran sky lounge yang berada di lantai sembilan ini. Sky lounge bernuansa Turki ini menjadi yang pertama di Yogyakarta. Suasana Turki dan nuansa Timur Tengah akan lebih banyak didominasi di tempat ini.

"Selama ini belum ada yang membuka kafe atau lounge bernuansa Turki. Kami yang pertama. Semoga mampu menarik wisatawan Turki maupun Timur Tengah ke Yogya," ujar public relations Grand Keisha Nadia Kirana Sari dalam keterangan tertulisnya, Jumat (28/7/2017).

Mantan Finalis Putri Indonesia DIY 2017 ini menambahkan hotel bintang 4 di Jl. Affandi No 9 Gejayan yang dioperasikan oleh jaringan hotel Horison. Dengan tagline 'Feel the Culture in Style', Grand Keisha by Horison menjadi sebuah hotel yang spesial dan unik. Spesial dalam menunjang MICE dengan satu ballroom dancing 7 ruang meeting.

"Unik alasannya semua nama ruangan meeting menggunakan nama batik," tambah perempuan pemilik akun @nadiaqiran ini.
Nadia lantas merinci nama-nama ruang meeting di Grand Keisha. Mulai dari Sidomukti Ballroom, Sidoluhur, Sidoasih, Wahyu Tumurun, Truntum, Udan Liris, Parijoto, dan Jlamprang. Sebagai edukasi kepada para tamu, pada papan nama ruangan itu ada goresan pena yang menjelaskan makna masing-masing batik. Semuanya ditulis dalam bahasa Indonesia dan Inggris.

Misalnya pada papan nama Sidomukti Ballroom, tertulis Sidomukti merupakan motif batik yang memiliki makna mulia dan sejahtera. Lalu di bab bawah dalam tertulis maknanya dalam bahasa Inggris 'Sidomukti is a batik motif that has meaning of glory and prosperity'.

Selain nama ruangan, penanda toilet laki-laki dan perempuan juga sangat bernuansa Jawa. Pada gambar penanda untuk toilet laki-laki tampak siluet pria mengenakan blangkon. Sedangkan gambar pada penanda untuk toilet perempuan berupa siluet perempuan berkonde.

Grand Keisha by Horison memiliki 177 kamar dengan 3 jenis tipe yang berbeda dimulai dari Deluxe Room dengan luas 29 meter persegi, Junior Suite Room dengan luas 53 meter persegi, dan Executive Suite dengan luas 58 meter persegi.

Fasilitas pendukung lainnya ibarat restaurant, lounge, sky lounge, pool, dan fitness center semakin mengakibatkan Grand Keisha by Horison sebagai tempat yang pas bagi para tamu dengan tujuan bisnis maupun liburan.

Metropolitan Golden Management berpengalaman dalam administrasi hotel lebih dari 13 tahun. Komponen utama yang terdapat di dalamnya, yakni kombinasi standar internasional dengan budaya lokal. Metropolitan Golden Management juga selalu mengutamakan pemanfaatan produk dalam negeri dan pengembangan sumber daya insan lokal.

Hingga ketika ini, Metropolitan Golden Management telah mengoperasikan lebih dari 38 hotel dengan jumlah lebih dari 5.000 kamar. Sebagai perusahaan yang sedang berkembang, Metropolitan Golden Management juga akan membuatkan lebih dari 10 hotel lagi.

Hadirnya Grand Keisha Hotel ini memperkuat amenitas di Yogyakarta bab utara. Menyusul hotel-hotel yang sebelumnya ada. Di lokasi ini, juga ada sejumlah hotel gres yang semakin memperkuat amenitas Yogyakarta.

Ada Hotel Marriot (menyatu dengan Hartono Mall), Inn Side Melia (dekat Pusat Belanja Makro), Serelia (selatan Perempatan Condongcatur, berjejer dengan Grand Keisha), Lafayette (pinggir Ringroad), Uttara (jalan Kaliurang), dan Grand Cokro (jalan Gejayan).

"Selamat atas kehadiran amenitas gres di Yogyakarta yang sarat dengan tradisi Jawa. Itu akan menguatkan Jogja sebagai destinasi wisata budaya di Indonedia," ucap Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya.

Budaya itu, semakin dilestarikan semakin menyejahterakan. Sama dengan alam, yang harus lestari.

"Karena itulah sejatinya komoditas utama dalam pariwisata yang dicari traveler. Suasana dan sensasi budaya dan alam yang tidak dimiliki oleh negara lain," ungkap Arief.

0 komentar:

Posting Komentar