Apa Saja Sih Oleh-Oleh dari Raja Ampat?
03.22 |
Raja Ampat - Liburan ke Raja Ampat, tak lengkap tanpa membawa pulang oleh-oleh. Ada minyak VCO hingga kerajinan kulit kayu sema yang mampu dibawa pulang dari Raja Ampat.
Melancong ke tempat wisata rasanya kurang kalau tak membawa oleh-oleh. Kalau traveler liburan ke Raja Ampat, ada beberapa cinderamata khas yang dapat dibawa.
"Di sini, cinderamata yang khas itu tas noken dan juga topi durian," kata Bayu salah satu pemandu wisata, Papua Barat, Sabtu (29/7/2017).
BACA JUGA: Yang Seru di Raja Ampat Weekend Ini: Suling Tambur Festival
Dia mengatakan, noken memang menjadi cinderamata dari Papua. Di hampir setiap daerah, termasuk di Raja Ampat mampu membawa noken sebagai buah tangan orang rumah.
Di Suling Tambur Festival sendiri, panitia membangun stand-stand yang menjual hasil tangan (handycraft) berupa cinderamata.
Stan penjual cinderamata di Suling Tambur Festival (Jabbar/detikTravel) |
Yusuf Mayor, seorang warga dari Distrik Waigeo Timur mendirikan stand kerajinan tangan dari kulit kayu sema. Dari kulit sema ini, dapat dihasilkan beragam cinderamata.
"Selain jadi tas, mampu buat baju. Buat tikar dan topi juga bisa," kata Yusuf Mayor.
Dia mengatakan barang tersebut dihasilkan dari kulit kayu sema yang dianyam setelah dikeringkan. Menurutnya, keterampilan ini sudah dipunyai warga Waigeo secara turun-temurun.
"Dari kulit kayu sema, kulit dikupas pakai pisau. Diambil bab dalamnya. Lalu dijemur hingga 3 hari sudah kering. Ini sudah turun temurun. Kalau anyam sudah bisa, sudah warisan dari kecil," tuturnya.
Yusuf Mayor menjelaskan soal kerajinan kulit kayu sema (Jabbar/detikTravel) |
Yusuf Mayor mengatakan batang kayu sema tersebut didapatkan dari hutan. Satu tas kecil hasil anyaman didapatkan dari tiga batang kecil kayu sema berdiameter 7 cm.
Di stand yang berbeda, ditemui Yosina yang membuat virgin coconut oil (VCO). Yosina yang berasal dari Distrik Waigeo Barat Kepulauan ini mengaku memproduksi VCO.
Proses produksi VCO ini memakan waktu sekitar tiga hari. Sekali memproduksi, mereka olah kelapa sebanyak 100-200 buah.
"Biasanya 100-200 buah kelapa yang diolah. Biasanya jadi 13 botol besar dan kecil," ujarnya.
Teman Yosina, Helena mengatakan proses produksi VCO ini awalnya membuat parutan kelapa. Setelah itu, parutan tersebut didiamkan selama semalam.
Setelah itu, parutan kelapa disuling. Maka jadilah VCO yang bermanfaat untuk banyak hal.
"Khasiatnya banyak. Bisa dipakai untuk diminum. Untuk anak kecil yang panas, mampu minum ini. Bisa juga untuk dimakan dengan nasi," ucap Helena.
Minyak VCO produksi lokal Raja Ampat (Jabbar/detikTravel) |
VCO ini mereka pasangi label sendiri. Dari brosur yang ada, mereka mengatakan VCO ini juga memiliki kegunaan untuk menurunkan kadar kolesterol, mengatasi penyakit maag, penyakit penyumbatan pembuluh darah, mengurangi risiko diabetes, mencegah osteoporosis, serta juga dapat dipakai menyembuhkan penyakit kulit dan untuk urut.
"VCO ini hanya diproduksi Kampung Aaukabu. Kalau orang di sini (Raja Ampat) butuh, harus datang ke sana. Beruntung ada program ini. Kaprikornus kita mampu dagang di sini dan orang tak perlu beli jauh ke sana," ucapnya.
BACA JUGA: Kali Pertama Diadakan, Begini Meriahnya Suling Tambur Festival di Raja Ampat
Nyatanya, selain jadi VCO, kelapa tersebut dapat diolah kembali menjadi sabun. Ditambah beberapa materi lainnya, sabun dari kelapa dapat dihasilkan mereka.
"Sabun ini juga dari kelapa VCO tadi. Minyak kelapanya mampu diolah jadi sabun. Kita tambah pewangi dari bunga kenanga, bunga melati, sereh dan jeruk," kata warga Waigeo Barat Kepulauan lainnya, Sermelina.
Tas noken anyaman (Jabbar/detikTravel) Foto: Jabbar Ramdhani/detikTravel |
Aroma tersebut didapatkan dari uap materi yang direbus. Satu batang sabun yang dihasilkan dijual seharga Rp 15.000 hingga Rp 25.000.
Dari stand-stand lain yang ada, dijual juga beragam cinderamata. Ada patung mini, anyaman penutup lentera, kalung dari cangkang kerang, skara dan batik Affutra, dan barang-barang lainnya.
0 komentar:
Posting Komentar